03
Jul
08

Kelemahan Hadits Tentang Fadhilah Surah Yasin

Kelemahan Hadits Tentang Fadhilah Surah Yasin

idak diragukan lagi, bahwa munculnya ditengah-tengah masyarakat perbuatan yang berbau syirik, khurafat dan bid’ah dikarena-kan mereka tidak bisa membedakan mana yang bid’ah dan mana yang khilafiyyah (perbedaan pendapat), tersebab sikap ta’ashub madzhabiy (fanatik terhadap golongan) dan taqlid buta yg berlebih-lebihan serta ketidak pahaman mereka terhadap hadits-hadits yang dha’if (lemah) maupun maudhu (palsu). Berikut ini akan diuraikan kelemahan hadits-hadits tentang fadhilah (keutamaan) surat Yasin.

Hadits Pertama
“Barang siapa yang membaca surat Yasin pada setiap malam, diampuni (dosa-dosa) nya”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Baihaqi di kitabnya Syu’abul Iman dan hadits ini tidak ada seorangpun ulama ahli hadits yang menshahih-kannya. Lihat kitab Jami’us shagier oleh Imam As Suyuti, jilid 2 bagian huruf MIM halaman 178 dan kitab Dhaif Jami’is shagier wa ziyaadatihi oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dibagian huruf MIM.

Hadits Kedua
“Barang siapa membaca (surat) Yasin pada malam hari, maka pada waktu pagi hari ia mendapat ampunan”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Baihaqi dan Abu Nu’aim dikitabnya Al-Hilyah. Menurut Imam Ibnul Jauzi: “Hadits ini dari semua jalannya adalah batil, tidak ada asalnya” dan menurut Imam Daraquthni: ”Muhammad bin Zakaria yang ada di sanad hadits ini adalah pemalsu hadits. Ringkasnya: Hadits ini maudhu (Palsu) yang tidak ada asalnya. Lihat kitab Al-Maudhuat jilid 1 halaman 246 dan 247 oleh Ibnul Jauzi.

Hadits Ketiga
“Barangsiapa yang membaca surat Yasin satu kali, maka seolah-olah ia membaca Al-Qur’an dua kali”.

Hadits ini diriwayatkan Baihaqi di kitabnya Syu’abul Iman dan hadits ini termasuk maudhu (Palsu) yang tidak diketahui asal usulnya. Lihat kitab Jami’us shagier oleh Imam As Suyuti, jilid 2 bagian huruf MIM halaman 178 dan kitab Dhoif Jami’is shagier wa ziyaadatihi oleh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dibagian huruf MIM.

Hadits Keempat
“Barangsiapa yang membaca surat Yasin satu kali, maka seolah-olah ia membaca Al-Qur’an sepuluh kali”.

Hadits ini juga hadits maudhu (Palsu) yang diriwayatkan oleh Baihaqi yang tidak diketahui asal-usulnya. Selain itu hadits ketiga dan keempat diatas saling bertentangan. Lihat kitab Jami’us shagier oleh Imam As Suyuti, jilid 2 bagian huruf MIM halaman 178 dan kitab Dhoif Jami’is shagier wa ziyaadatihi oleh Muh. Nashiruddin Al-Albani dibagian huruf MIM.

Hadits Kelima
“Sesungguhnya bagi tiap-tiap sesuatu itu mempunyai hati, dan hati Al-Quran itu ialah surat Yasin. Oleh karena itu barang siapa yang membaca surat Yasin, maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu sama seperti pahala mem-baca sepuluh kali Al-Qur’an”.

Hadits ini diriwayatkan Imam Tirmidzi dalam sunan Tirmidzi jilid 4 hadits No. 3048, Hal. 337 setelah meriwayatkan hadits ini ia berkata: ”Harun Abu Muhammad yang ada dalam sanad hadits tersebut adalah Majhul (tidak dikenal sifat dan keadaan dirinya oleh ahli hadits) dan Imam Ibnu Hajar di kitabnya Tahdzibut-tahdzib juga menerangkan perkataan Imam Tirmidzi tersebut. Sedangkan rawi yang Majhul ulama-ulama ahli hadits memasukkannya ke dalam derajat rawi yang dhaif (lemah) yang riwayatnya tidak boleh diterima dan di amalkan. Menurut Imam Abu Hatim yang merupakan salah seorang Imam ahli hadits yang telah meneliti satu persatu keadaan rijalul hadits (orang-orang pada sanad) mengatakan “bahwa Muqotil yang ada di sanad hadits ini bukan Muqotil bin Hayyan, tapi Muqotil bin Sulaiman salah seorang pendusta”. Jika hal ini benar maka tidak diragukan lagi bahwa hadits ini adalah Maudhu (Palsu). Lihat Silsilah hadits dhaif wal maudhu jilid 1, halaman 202, hadits no: 169 oleh Muh. Nashiruddin Al-Albani & tafsir Ibnu Katsir jilid 3, halaman 562.

Hadits Keenam
“Bacakanlah surat Yasin untuk orang-orang yang akan mati diantara kamu”.

Hadits ini diriwayatkan Abu Dawud, Ibnu Majah dan Nasaa’i. Menurut Imam An Nawawy isnad hadits ini dha’if (lemah) di dalamnya terdapat dua perawi yang Majhul (tidak dikenal sifat dan keadaan diri-nya oleh ahli hadits); pertama: Abu Utsman, berkata Imam Ibnul Mundzir: “Abu Utsman dan bapaknya bukan orang yang masyhur (terkenal disisi ahli hadits) Lihat di Aunul ma’bud syarah Abu Dawud jilid 8 halaman 390. Imam Ibnul Qaththan berkata: ”Hadits ini ada illat (penyakit) nya serta Mudtharib (goncang) karena Abu Utsman dan bapaknya majhul”. Kedua, Bapaknya Abu Utsman, selain ia majhul juga rawi yang Mubham (seorang rawi yang ada di sanad satu hadits yang tidak disebut namanya)

Maka dengan sendirinya gugurlah hadits ini ke derajat dhaif yang tidak boleh diamalkan (sebab bukan sabda Rasulullah ).

Hadits Ketujuh
“(surat) Yasin itu hatinya Al-Qur’an, tidak membacanya seseorang karena Allah dan kampung Akhirat, melainkan dia akan diampuni. Oleh karena itu bacalah surat Yasin itu untuk orang-orang yang akan mati diantara kamu”

Hadits ini diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal, derajat hadits ini juga Dhaif karena disanadnya juga terdapat Abu Utsman dan bapaknya dua orang rawi yang telah kita ketahui kelemahannya. Lihat Nailul Authar jilid 4, halaman 52, kitab Subulus Salam jilid 2, halaman 90, Tafsir Ibnu Katsir jilid 1, halaman 32 dan jilid 3 halaman 562.

Hadits keenam dan ketujuh ini dijadikan dalil oleh mereka yang membolehkan membaca surat Yasin disisi orang yang telah mati. Sebetulnya kalimat ãóæú ÊÜóÇ ßÜõãú yang dikehendaki di hadits 6 dan 7 itu ialah orang yang “hampir mati” bukan yang “telah mati”.
Perhatikan sabda Rasulullah :
“Ajarkan oleh kamu orang-orang yang akan/ hampir mati diantara kamu: “Laa Ilaaha Illallah”(HSR. Muslim, Abu Daud, Nasaa’i, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Di hadits ini ada kalimat ãóæú ÊÜóÇ ßÜõãú . Apakah kita mau berkata bahwa yang diperintahkan Nabi  di hadits ini supaya kita mengajarkan kalimat Laa ilaaha illallah terhadap orang yang “telah mati”? Tentu tidak demikian !! Karena yang dimaksud Nabi  adalah orang yang “hampir mati” supaya akhir perkataannya kalimat tauhid. Ini sesuai dengan sabda beliau dibawah ini:
“Barangsiapa yang akhir dari perkataan-nya Laa Ilaaha Illallah maka ia akan masuk surga”. (HHR. Hakim, Ahmad dan lain-lain).

Akan tetapi, karena hadits keenam dan ketujuh diatas itu dhaif (bukan sabda Rasulullah ), maka membaca Yasin disisi orang yang hampir mati maupun yang telah mati tidak boleh dikerjakan baik pada hari wafatnya atau hari lainnya seperti hari ketiga, kesepuluh, keempat puluh atau satu tahun setelah wafatnya, karena tidak ada contoh dan perintahnya dari Rasulullah maka hal itu adalah BID’AH, dikarenakan:

Pertama : Ber’amal dengan hadits dhoif (nomor 6 dan 7)
Kedua : Salah dalam memahami hadits tersebut
Rasulullah bersabda :
 ßõáøõ ÈÜÜÜÜöÏú ÚóÉò ÖóáÇó áóÉñ æóßõáøõ ÖóáÇó áóÉò Ýöí ÇáäÜÜøóÜÇÑö 
“Semua perbuatan bid’ah adalah sesat, dan semua kesesatan tempatnya di Neraka” (HSR. Muslim )

Hendaknya kaum muslimin mau belajar “sadar” bahwa yang biasa mereka kerjakan yaitu ramai-ramai membaca surat Yasin disisi orang mati adalah perbuatan BID’AH. Tidakkah mereka fikirkan salah satu ayat yang terdapat di dalam surat Yasin itu, yang mana Allah  berfirman:
 áöíõäÜúÐöÑó ãóäú ßóÇäó ÍÜóÜÜíÜÜøðÜÇ… 
“Supaya ia (Al-Qur’an) memberi peringatan kepada orang yang HIDUP…” (QS. Yasin :70).

Allah menyatakan dengan tegas bahwa Al-Qur’an ini menjadi peringatan untuk orang-orang yang hidup. Sedangkan saudara-saudara kita membacakan surat Yasin ini di hadapan orang-orang yang mati (mayat). Subhanallah !!!

PERINGATAN
Perlu diketahui bahwa tulisan ini bukanlah larangan kepada kaum muslimin dan muslimat untuk membaca surat Yasin karena seluruh surat yang ada dalam Al-Qur’an adalah baik dan disyariatkan untuk dibaca akan tetapi tidak boleh mengkhususkan surat tertentu atau mengutamakannya dari surat-surat yang lain tanpa disertai dalil yang shohih –Wallahu al Muwaffiq-
(Al Fikrah/ABU HANAFI) Disarikan dari kitab 25 masalah penting dalam Islam oleh Abdul Hakim bin Amir Abdat


0 Tanggapan to “Kelemahan Hadits Tentang Fadhilah Surah Yasin”



  1. Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar


Kelander

Juli 2008
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Arsip

Koementar Terakhir

Sulfandi pada Manhaj Dakwah Ahlus Sunna…